Banda Aceh, Selasa (10/12) – Panitia Akbar 1st Aceh International Symposium (AIS) FORMAD mengadakan rapat tatap muka dan silaturrahmi kedua di Colosseum Coffee dan Happy Kids, Kota Banda Aceh, pukul 15.30 hingga 18.00 WIB. Rapat ini merupakan kelanjutan dari rapat akbar pertama yang telah dilaksanakan secara online pada Senin (25/11) melalui Zoom Meeting.
Rapat dipimpin oleh Ketua Panitia, Muhammad Mutawalli, Lc. Dipl. CPM, yang menyampaikan sambutan hangat serta ucapan terima kasih kepada seluruh anggota panitia yang hadir. Dalam kesempatan ini, setiap anggota diperkenalkan satu sama lain, sebuah langkah penting mengingat banyaknya anggota yang belum pernah bertemu sebelumnya. Mereka berkumpul dengan satu tujuan: “Membangun Aceh bersama FORMAD” melalui kolaborasi dan keterlibatan pelajar serta mahasiswa dari berbagai bidang studi.
FORMAD, dengan tagar #SaleumMeuseuraya, berkomitmen untuk merangkul semua pelajar dari berbagai disiplin ilmu dan domisili pendidikan untuk bersama-sama membangun Aceh. Anggota panitia berasal dari beragam latar belakang pendidikan, termasuk mahasiswa dari Universitas Syiah Kuala, UIN Ar-Raniry, IAIN Langsa, Universitas Abulyatama, serta perguruan tinggi di luar Aceh dan luar negeri.
Setelah sesi perkenalan, rapat dilanjutkan dengan penjelasan mengenai FORMAD, tujuan Simposium, serta fungsi setiap seksi di dalam kepanitiaan. Diskusi berlangsung dengan semangat, dengan beragam ide dan gagasan yang disampaikan oleh para panitia. Rapat ditutup dengan harapan agar semua rencana dapat terlaksana dengan baik hingga hari puncak acara pada tanggal 30-31 Desember 2024, yang direncanakan diadakan di Auditorium FMIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Mutawalli menekankan pentingnya pertemuan seperti ini untuk membangun silaturrahmi dan ikatan emosional antar anggota. Ia percaya bahwa hubungan kekeluargaan ini akan mendorong kontribusi yang lebih besar, dengan suasana yang nyaman dan hangat.
“Kepanitiaan ini menganut prinsip kekeluargaan. Kita disatukan dalam identitas sebagai putra-putri Aceh yang memiliki visi untuk membangun diri dan Aceh yang kita cintai. Saya harap semua anggota mendapatkan manfaat lebih dari sekadar relasi dan sertifikat. Kita akan belajar menjadi pemimpin, terorganisir, disiplin, dan cerdik dalam bersosialisasi, modal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Mutawalli.
Dengan semangat kebersamaan dan komitmen yang tinggi, panitia siap mewujudkan Simposium Aceh – Dunia Pertama sebagai ajang kolaborasi dan inovasi bagi generasi muda Aceh.